Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Biografi KH. Hasyim Muzadi Dari NU Ranting Hingga Jadi Ketum PBNU

Galeri Kitab kuning | Jika anda berjalan-jalan ke kawasan Kota Malang, di sana terdapat sebuah pesantren khusus mahasiswa (PESMA) yang dinamakan Al-Hikam Malang.


Memuat Informasi Biografi Singkat KH. Ahmad Hasyim Muzadi, Pendiri dan Pengasuh PESMA Al-Hikam, dari NU Ranting Hingga Jadi KETUM PBNU

Pesantren yang terletak di Jl. Cengger Ayam tersebut didirikan oleh al-Maghfurlah KH.Hasyim Muzadi, Ketua Umum PBNU dua periode 1999-2004 dan periode 2004-2009.

 

Capaian  luar biasa yang diraih oleh adik al-Marhum al-Maghfurlah KH Abdul Muchit Muzadi tersebut tidak diraih tanpa perjuangan dari tingkat bawah.


Baca Juga : Menulis Ratusan Kitab, Ini Biografi KH. Ahmad Yasin Asymuni


Pasalnya, KH. Hasyim Muzadi, yang alumni Pondok Pesantren Annur Bululawang tersebut memulai karir organisasi NU sejak dari aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia) tahun 1960-1964, kemudian menjadi ketua ranting NU Bululawang-Malang.


Bagaimana sejarah Kiai Hasyim Muzadi? hingga namanya masuk jajaran tokoh Nasional tersebut? Berikut ini kami bagikan informasi tentang Biografi KH. Hasyim Muzadi .


Biografi Dr (HC) KH. Hasyim Muzadi - Malang

#Biodata KH Hasyim Muzadi

Nama : Dr. (HC) KH. Achmad Hasyim Muzadi

Lahir : Tuban, 8 Agustus 1944

Jabatan : Pengasuh Pesantren Mahasiswa Al-Hikam Malang dan Depok, Ketua Umum PBNU Periode 1999-2004 dan periode 2004-2009.

Istri : Ny. Hj. Mutammimah

Putra - Putri : Gus Lukman Hakim, Alm. H. Hilman Wajdi,  Gus Yusron

Wafat : Malang,  16 Maret 2017, pukul 06.15 WIB

Dimakamkan : Depok

 

#Kelahiran 

Adik kandung salah seorang tokoh sepuh NU K.H. Muhith Muzadi ini lahir di Tuban, 8 Agustus 1944. Tercatat dua kali ia menjabat ketua umum PBNU, yaitu periode 1999-2004 dan 2004-2009. Ia juga pengasuh Pondok Pesantren Al-Hikam, Malang, Jawa Timur.


# Riwayat Pendidikan

Pendidikan Kiai Hasyim dimulai dari Madrasah lbtidaiyah Tuban, Jawa Timur, 1950-1953, kemudian SD Tuban, Jawa Timur, 1954-1955, dilanjutkan ke SMPN I Tuban, Jawa Timur, 1955-1956.

 

Setelah itu perjalanan keilmuannya membawanya ke Pesantren Gontor, Ponorogo, dan menimba ilmu di sana dalam kurun waktu 1956 sampai 1962.

 

Tak puas hanya belajar di Gontor, ia pun sempat belajar di pesantren-pesantren salaf, yakni di Pesantren Senori (Jawa Timur) dan kemudian Pesantren Lasem (Jawa Tengah) meskipun tidak lama.

 

Tahun 1964 ia mengikuti kuliah di IAIN Malang hingga selesai tahun 1969. Selama puluhan tahun pengabdiannya, sebagian besar ia berada di wilayah Jawa Timur. Berbagai aktivitas organisasinya pun ia lalui di daerah basis NU terbesar ini.


Baca Juga : 20+ Kata-kata mutiara dan bijak KH. Hasyim Muzadi

#Karir Politik

Di kancah politik, ia juga pernah menjadi anggota DPRD Tingkat II Malang, Jawa Timur, dan kemudian menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur 1986-1987.

Kiai Hasyim terjun dalam kegiatan politik praktis sejak Orde Baru masih berkuasa. Dalam perjalanan karier politiknya, ia pernah membuat langkah yang agak mengejutkan, utamanya bagi kalangan nahdliyin.

 

Yaitu, menerima lamaran PDI Perjuangan untuk menjadi cawapres sebagai pendamping Megawati. ”Saya ingin menyatukan kaum nasionalis dan agama,” ujarnya ketika berorasi dalam deklarasi pasangan capres dan cawapres Megawati-Hasyim Muzadi di tahun 2004 itu.

 

Saat itu tak sedikit yang mencibir dan menyayangkan langkahnya terjun ke politik praktis, termasuk pewaris darah biru kaum nahdliyin, Gus Dur.

 

Terlepas dari hasil yang dicapainya kemudian, langkahnya maju sebagai cawapres tentu memberikan pengalaman yang tidak sedikit baginya dan tentu semakin mematangkan pribadinya.



#Karir Organisasi dan Kiprah di Nahdlatul Ulama

Sejak kemunculannya, Nahdlatul Ulama telah dan terus mengukuhkan dirinya sebagai organisasi Islam di Indonesia yang harus dipertimbangkan.

 

Dari zaman ke zaman, organisasi yang memayungi kaum Ahlussunanah wal Jama’ah (di samping beberapa organisasi lain yang sealiran) ini banyak melahirkan dan memunculkan tokoh-tokoh besar yang tidak hanya menjadi tokoh kaum muslimin Indonesia, melainkan juga tokoh bangsa secara keseluruhan.

 

Di antara tokoh yang dibesarkan oleh NU dan juga mengabdikan dirinya untuk NU sejak muda hingga kini adalah K.H. Dr. Hasyim Muzadi.

 

KH.Hasyim Muzadi bersama Habib Rizieq Syihab

 

 

Perjalanan pengabdiannya di NU adalah perjalanan cukup panjang, mulai dari menjadi ketua ranting NU di Bululawang, Malang, hingga mendapatkan amanah sebagai ketua umum PBNU selama dua periode, 2004-2009 dan 2009-2011.  

 

Kiai Hasyim juga pernah menjadi ketua Pengurus Wilayah Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Jawa Timur periode 1983-1987.


Baca Juga : Wafat Dalam Serangan Bom, Ini Biografi Dr. Said Ramdhan al-Buthi


Pada periode hampir bersamaan, ia menjadi ketua PP GP Anshor tahun 1985-1987. Jauh sebelumnya, tahun 1966 ia pernah memimpin Cabang PMII Malang. Hal inilah yang menjadi modal struktural kuat Hasyim untuk terus berkiprah di NU.

 

Dalam periode yang panjang, ia menekuni aktivitas di NU secara berjenjang, sehingga memberikan pengalaman yang banyak dan berharga baginya. Ia memulainya dari ketua ranting NU Bululawang, Malang.

KH.Hasyim Muzadi KH.Hasyim Muzadi bersama Sayyid Muhammad al-Malikibersama Sayyid Muhammad al-Maliki



Kiprah di NU mulai dikenal luas ketika pada tahun 1992 ia terpilih menjadi ketua Pengurus Wilayah NU Jawa Timur, yang kemudian menjadi tangga baginya untuk menjadi ketua PBNU pada tahun 1999.

 

Sebagai organisasi keagamaan yang memiliki massa besar, NU selalu menjadi daya tarik bagi partai politik untuk dijadikan basis dukungan.

 

Hasyim pun tak mengelak dari kenyataan tersebut. Ia pernah menjadi anggota DPRD Tingkat I Jawa Timur pada tahun 1986, yang ketika itu masih bernaung di bawah Partai Persatuan Pembangunan.

 

Namun, jabatan sebagai ketua umum PBNU-lah yang membuat Hasyim sering menjadi pembicaraan publik dan banyak diundang ke berbagai wilayah.

 

Saat telah menjadi pucuk pimpinan NU, wilayah aktivitas alumnus Pondok Pesantren Gontor Ponorogo ini tidak hanya meliputi Jawa Timur, namun telah menasional. 

 

Berhenti mengemban amanah sebagai ketua umum PBNU tidak membuat beliau kehilangan kesibukan, bahkan kesibukannya terus bertambah. Selain mengelola Pesantren Al-Hikam, yang didirikannya di bilangan Depok, Jawa Barat, ia pun tetap aktif dalam berbagai kegiatan di dalam dan luar negeri. Undangan-undangan untuk bicara dalam pelbagai acara pun tetap terus berdatangan, termasuk ceramah-ceramah keagamaan yang memang telah menjadi aktivitasnya sejak muda.

 

Basis struktural yang kuat itu masih pula ditopang oleh modal kultural yang sangat besar, karena ia memiliki Pesantren Al-Hikam, Malang, yang memiliki santri yang tidak sedikit dan memiliki kemampuan intelektual yang tidak bisa diremehkan, karena mereka juga para mahasiswa.

 

Selain sebagai ulama, Kiai Hasyim juga dikenal sebagai sosok nasionalis, demokrat, yang sangat toleran. Ketika terjadi Peristiwa 11 September, yakni tragedi runtuhnya gedung WTC di Amerika Serikat, kiai yang dikaruniai enam orang putra ini tampil dengan memberikan penjelasan kepada dunia internasional bahwa umat Islam Indonesia adalah umat Islam yang moderat, kultural, dan tidak memiliki kaitan dengan organisasi kekerasan internasional. Ia memang salah satu dari sekian tokoh umat di Indonesia yang dijadikan referensi oleh dunia Barat dalam menjelaskan karakteristik umat Islam di Indonesia.

 

Sementara karir organisasinya segudang. Ia pernah aktif di PII (Pelajar Islam Indonesia) tahun 1960-1964, kemudian menjadi ketua ranting NU Bululawang-Malang, lalu dipercaya sebagai ketua Anak Cabang GP Ansor Bululawang-Malang 1965. Ia pun pernah menjadi ketua Cabang PMII Malang 1966, lalu ketua KAMI Malang 1966, ketua Cabang GP Ansor Malang 1967-1971, wakil ketua PCNU Malang 1971-1973, ketua DPC PPP Malang 1973-1977, ketua PCNU Malang 1973-1977, ketua PW GP Ansor Jawa Timur 1983-1987, ketua PP GP Ansor 1985-1987, sekretaris PWNU Jawa Timur 1987-1988, wakil ketua PWNU Jawa Timur 1988-1992, ketua PWNU Jawa Timur 1992-1999, dan mencapai puncaknya ketika menjabat ketua umum PBNU periode 1999-2004 dan periode 2004-2009.

 

Kiai Hasyim pernah dipercaya sebagai wakil amirul hajj Indonesia mendampingi Menteri Agama Suryadharma Ali, yang menjadi amirul hajj. Saat wukuf di Arafah, Kiai Hasyim Muzadi-lah yang menyampaikan khutbah wukuf. Banyak yang menilai, apa yang disampaikannya sangat bagus dan berbobot. Demikianlah memang adanya.

 

Sejak jauh sebelum menjadi ketua PBNU sampai ketika menjabatnya dan hingga setelah tidak lagi menjadi ketua PBNU, Kiai Hasyim juga terus mengikuti dan mencermati perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bahkan secara aktif melakukan langkah-langkah nyata untuk ikut berperan membenahi persoalan-persoalan umat dan bangsa. Misalnya saja dalam kaitan aksi-aksi terorisme dan radikalisme.


Baca Juga : Pencipta Lagu Ya Lal Wathon, Ini Biografi KH. Abdul Wahab Chasbullah


Kiai Hasyim, yang pernah menjabat sekretaris jenderal International Conference of Islamic Scholar (ICIS), mengatakan, penanggulangan aksi terorisme dan radikalisme tidak bisa hanya dilakukan satu institusi, tetapi harus bersama-sama, melibatkan berbagai unsur. “Aksi terorisme dan gerakan radikalisme sudah menjadi ancaman bagi masyarakat. Untuk itu penanganannya harus dilakukan bersama-sama,” katanya di sela-sela acara Training of Trainers Ulama dan Pimpinan Pondok Pesantren se-Indonesia di Pesantren Al-Hikam, Depok, Jawa Barat, Minggu 16 Oktober 2011.


#Gagasan dan Pemikiran

Beliau menegaskan, Islam moderat yang tetap mengadopsi kearifan lokal perlu terus dikembangkan, karena, berdasarkan pengalamannya, konsep Islam moderat yang sering disampaikannya dalam berbagai forum internasional mendapatkan sambutan yang cukup baik.


# Karya- Karya

Di tengah-tengah kesibukannya, beberapa buku berbobot telah lahir lewat goresan penanya. Di antaranya Membangun NU Pasca Gus Dur (Grasindo, Jakarta, 1999), NU di Tengah Agenda Persoalan Bangsa (Logos, Jakarta, 1999), dan Menyembuhkan Luka NU (Logos, Jakarta, 2002).


#Wafat

K.H. Hasyim Muzadi wafat pada 16 Maret 2017 di Malang, Jawa Timur pada pukul 06.15 WIB.


Demikian informasi berkenaan dengan Biografi Singkat KH.Hasyim Muzadi, seorang kiai yang memulai karirnya dari ranting NU, hingga dipercaya untuk menjadi nahkoda NU hingga dua periode, semoga kita semua mendapatkan barakahnya, amin.

Posting Komentar untuk "Biografi KH. Hasyim Muzadi Dari NU Ranting Hingga Jadi Ketum PBNU"

close
Banner iklan disini