Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Khutbah Gerhana Bulan Singkat Tema Menghayati Fenomena Alam

Galeri Kitab Kuning | Fenomena Gerhana, baik bulan maupun matahari merupakan salah satu tanda kebesaran Allah swt. Dalam surat Fushilat Allah swt berfirman:

Contoh Khutbah Gerhana Bulan Singkat Tema Menghayati Fenomena Alam


وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (فصلت 37) 

Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah engka sembah matahari maupun bulan, tapi sembahlah Allah Yang menciptakannya, Jika Ialah yang kamu hendak.(QS. Fushshilat : 37)

 

Ayat memberikan Isyarat bahwa peristiwa alam yang terjadi pada Matahari dan bulan (termasuk gerhana) merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah swt. selain itu pula, ayat diatas juga menjadi dalil disyariatkannya shalat gerhana.


Baca Juga : Tatacara Pelaksanaan Shalat Gerhana Bulan Total Lengkap dengan Gambar


Khutbah Pertama

 اَلْحَمْدُ لله الَّذِيْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَاخْتِلَافَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا حَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَمِنْ ءَايَٰتِهِ ٱلَّيْلُ وَٱلنَّهَارُ وَٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا۟ لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَٱسْجُدُوا۟ لِلَّهِ ٱلَّذِى خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ 


Jamaah shalat gerhana bulan as‘adakumullah, Setiap orang di antara kita barangkali sudah mengimani bahwa seluruh keberadaan alam semesta ini diciptakan oleh Allah subhânahu wata‘âlâ. Gunung, laut, rerumputan, binatang, udara, benda-benda langit, jin, manusia, hingga seluruh detail organ dan sel-sel di dalamnya tidak luput dari penguasaan dan pengaturan Allah.


Tak satu pun makluk lepas dari sunnatullah. Inilah makna Allah sebagai Rabbul ‘âlamîn, pemilik sekaligus penguasa dari seluruh keberadaan; al-Khâliqu kulla syaî’, pencipta segala sesuatu. Apa saja dan siapa saja.


Namun, apakah nilai lebih selanjutnya setelah kita mempercayai itu semua? Allah menciptakan segala sesuatu tak lain sebagai ayat atau tanda akan beradaan-Nya.


Dalam khazanah Islam lazim kita dengar istilah ayat qauliyyah dan ayat kauniyyah. Yang pertama merujuk pada ayat-ayat berupa firman Allah (Al-Qur’an), sedangkan yang kedua mengacu pada ayat berupa ciptaan secara umum, mulai dari semesta benda-benda langit sampai diri manusia sendiri. 


Dalam Al-Qur’an dijelaskan: 

سَنُرِيهِمْ آيَاتِنَا فِي الآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ 

“Kami (Allah) akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (ayat) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri….” (QS Fushshilat [41]:53 )


Tanda (ayat) tetap akan selalu berposisi sebagaimana tanda. Ia medium atau perantara untuk mencapai sesuatu.


Kita bisa tahu udara sedang bertiup ke arah utara ketika kita menyaksikan daun pepohonan sedang bergerak ke arah utara.


Kita bisa tahu dari kejauhan sedang terjadi kebakaran saat menyaksikan kepulan asap membumbung ke udara.


Dalam konteks ini, fenomena daun bergerak dan membumbungnya asap hanyalah perantara bagi yang melihatnya tentang apa yang berada di baliknya, yakni udara dan api. 


Dalam skala yang lebih besar dan lebih hakiki, fenomena pergerakan benda-benda langit yang demikian tertib, agung, dan menakjubkan adalah tanda akan hadirnya Dzat dengan kekuasaan yang tak mungkin tertandingi oleh apa pun dan siapa pun.


Dialah Allah subhânahu wata‘âlâ. Dengan demikian, fenomena gerhana bulan yang kita saksikan saat ini pun seyogianya kita posisikan tak lebih dari ayat.


Kita patut bersyukur mendapat kesempatan melewati momen-momen indah tersebut. Selain menikmati keindahan dan mengagumi gerhana bulan, cara bersyukur paling sejati adalah meresapi kehadiran Allah di balik peristiwa alam ini.


Jamaah shalat gerhana bulan as‘adakumullah, Jika kita sering mendengar anjuran untuk mengucapkan tasbih “subhânallâh” (Mahasuci Allah) kala berdecak kagum, maka sesungguhnya itu manifestasi dari ajaran bahwa segala sesuatu—bahkan yang menakjubkan sekalipun—harus dikembalikan pada keagungan dan kekuasaan Allah.


Kita dianjurkan untuk seketika mengingat Allah dan menyucikannya dari godaan keindahan lain selain Dia. Bahkan, Allah sendiri mengungkapkan bahwa tiap sesuatu di langit dan di bumi telah bertasbih tanpa henti sebagai bentuk ketundukan kepada-Nya.


Dalam Suarat al-Hadid ayat 1 disebutkan:

 سَبَّحَ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ 

Artinya: “Semua yang berada di langit dan yang berada di bumi bertasbih kepada Allah (menyatakan kebesaran Allah). Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.


Jamaah shalat gerhana bulan as‘adakumullah, Apa konsekuensi lanjutan saat kita mengimani, menyucikan, serta mengagungkan Allah? Tidak lain adalah berintrospeksi betapa lemah dan rendah diri ini di hadapan Allah.


Artinya, meningkatnya pengagungan kepada Allah berbanding lurus dengan menurunnya sikap takabur, angkuh atas kelebihan-kelebihan diri, termasuk bila itu prestasi ibadah. Yang diingat adalah ketakberdayaan diri, sehingga memunculkan sikap merasa bersalah dan bergairah untuk memperbanyak istighfar.


Dalam momen gerhana bulan ini pula kita dianjurkan untuk menyujudkan seluruh kebanggaan dan keagungan di luar Allah, sebab pada hakikatnya semuanya hanyalah tanda.

 وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ 

Artinya :“Sebagian tanda-tanda kebesaran-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Jangan kalian bersujud pada matahari dan jangan (pula) pada bulan, tetapi bersujudlah kalian kepada Allah yang menciptakan semua itu, jika kamu hanya menyembah-Nya,” (QS Fushilat [41]: 37).


Momen gerhana bulan juga menjadi wahana tepat untuk memperbanyak permohonan ampun, tobat, kembali kepada Allah sebagai muasal dan muara segala keberadaan.


Semoga fenomena gerhana bulan kali ini meningkatkan kedekatan kita kepada Allah subhânahu wata‘âlâ, membesarkan hati kita untuk ikhlas menolong sesama, serta menjaga kita untuk selalu ramah terhadap alam sekitar kita. Wallahu a’lam.

 بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم 

Khutbah Kedua

 اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Alif Budi Luhur.



Demikianlah Teks dan Contoh Khutbah Gerhana Bulan, dengan tema "Menghayati Fenomena Alam" sebagai bentuk dari kekuasaan Allah swt. semoga bermanfaat.

1 komentar untuk "Contoh Khutbah Gerhana Bulan Singkat Tema Menghayati Fenomena Alam"

Anda Mendapatkan Manfaat Dari Informasi Galeri Kitab Kuning? Tulis Komentar dengan Sopan, dan Tanpa memberi Link Aktif atau Non Aktif
Jangan Pakai Bahasa Yang Negative
Mohon maaf jika balasan kami telat, dan sesegera mungkin akan kami tanggapi.

Hormat Kami
Admin Galeri Kitab Kuning

close
Banner iklan disini