Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Alasan Rasulullah Lebih Mulia Dibanding Nabi-Nabi Lainnya

Alasan Rasulullah Lebih Mulia Dibanding Nabi-Nabi Lainnya


Galeri Kitab Kuning | Menurut riwayat Ibnu Hibban, jumlah seluruh nabi ada 124.000, sedangkan rasul sebanyak 313. Dari total tersebut, masing-masing memiliki level kemuliaan yang berbeda satu sama lain, dan nabi yang paling mulia adalah Rasulullah saw. 

Baca Juga : Hukum Meninggalkan Sholat Jumat Tanpa Alasan Menurut Pandangan Islam

Baca Juga : Harlah 1 Abad, NU Gelar Forum R20 Undang Tokoh-tokoh Dunia

Menurut Imam Fakhruddin ar-Razi, ada sejumlah alasan Nabi Muhammad mendapat predikat paling tinggi. Berikut adalah beberapa sebabnya.  

Rahmat bagi Alam Semesta  

Rasulullah saw diutus sebagai rahmat atau kasih sayang bagi semesta alam. Predikat ini tidak dimiliki oleh nabi-nabi pada umumnya. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah swt berikut:

  وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ  

Artinya, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. Al-Ambiya: 107)  

Berkaitan dengan ayat di atas, Imam Ath-Thabari dalam tafsirnya mengutip Ibnu Abbas menjelaskan, Rasullullah diutus sebagai bentuk kasih sayang kepada seluruh umat manusia, baik yang mukmin atau bukan. Bagi orang mukmin, dengan berkat keimanan dan amal perbuatannya mereka akan mendapat balasan surga.  Sementara bagi orang yang tidak beriman memperoleh rahmat dalam bentuk tidak mendapat siksa kontan di dunia sebab mengingkari Rasul. Berbeda dengan umat nabi-nabi sebelumnya yang akan langsung mendapat siksa di dunia jika tidak beriman kepada utusan Allah. (Imam Ath-Thabari, Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an, tanpa tahun: juz XVIII, halaman 552).  

Namanya Selalu Membersamai Lafal Allah  

Alasan berikutnya mengapa Nabi Muhammad lebih mulia dibanding nabi-nabi lainnya karena namanya selalu dijejerkan dengan lafdzul jalâlah atau lafal Allah dalam banyak hal, seperti dalam bacaan tasyahud dalam shalat, lafal adzan dan iqamah, tahlil (lâ ilâha illallâh muhammadur rasûlullâh), kalimat syahadat, dan sebagainya. Keunggulan ini ditegaskan dalam firman Allah berikut:

  وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَۗ  

Artinya, “Dan Kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu.” (QS. Al-Insyirah: 4)  

Ayat di atas menegaskan bahwa Allah swt telah memuliakan Nabi Muhammad dengan cara membersamai namanya dengan lafdzul jalâlah dalam banyak kesempatan. Menafsiri ayat di atas, Imam Ath-Thabari mengutip hadits riwayat Abu Sa’id al-Khudri yang mengisahkan ketika Malaikat Jibril bertanya pada Nabi, “Bagaimana cara Allah mengagungkan namamu?” Rasul menjawab, “Ketika kau menyebut nama-Nya, maka kau akan menyertainya dengan namaku.”  

Selalu Disertakan dengan Allah  

Selain dengan menjejerkan nama, dalam sejumlah ayat Al-Qur’an disebutkan bahwa Allah swt selalu bersama Nabi Muhammad dalam beberapa hal, seperti orang yang taat kepada Rasul  berarti otomatis taat kepada-Nya (QS. An-Nisa: 80), Allah dan Rasul sama-sama memiliki kemuliaan (QS. Al-Munafiqun: 8), ridha terhadap Allah juga ridha terhadap Rasul (QS. At-Taubah: 62), dan sebagainya. Pendek kata, penyertaan Allah dengan Rasulullah menunjukkan Nabi Muhammad memperoleh keistimewaan yang tidak dimiliki nabi-nabi lainnya.  

Beban Dakwah Lebih Besar  

Rasulullah saw diutus untuk semua manusia, bukan untuk umat tertentu saja. Berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya yang hanya diutus untuk berdakwah di kalangan terbatas. Ketika Rasulullah dihadapkan dengan umat secara menyeluruh, otomatis tantangannya lebih besar. Berbeda semisal Nabi Musa, karena ia hanya di utus untuk Bani Israil, paling hanya mendapat perlawanan Fir’aun dan para pengikutnya. Dengan demikian, beban dakwah Nabi Muhammad lebih berat dan sulit dibanding nabi-nabi lainnya. Allah swt menyinggung hal ini dalam firman-Nya:

  وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا كَاۤفَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّنَذِيْرًا وَّلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ  

Artinya, “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan kepada semua umat manusia sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Saba: 28)  

Agama Paling Mulia 

 Agama yang dibawa Nabi Muhammad merupakan agama yang paling mulia dibanding agama-agama lainnya. Hal ini disinggung dalam firman Allah swt berikut:

  وَمَنْ يَّبْتَغِ غَيْرَ الْاِسْلَامِ دِيْنًا فَلَنْ يُّقْبَلَ مِنْهُۚ وَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ  

Artinya, “Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.” (QS. Ali Imran: 85)  

Untuk poin ini Imam Fakhruddin ar-Razi memberi penjelasan, status agama Islam merupakan penghapus atas agama-agama sebelumnya, sehingga agama yang dibawa Rasulullah lebih unggul. Ketika status agama Islam sebagai kebenaran tunggal, maka nabi yang membawanya juga mendapat kemuliaan agung karena ia akan mendapat pahala selama agama ini masih eksis di bumi. Ar-Razi kemudian mengutip hadits berikut:

  مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً فَلَهُ أَجْرُهَا وَ أَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. وَ مَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَ وِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. (رواه البخارى و مسلم)  

Artinya, “Barangsiapa mengadakan sesuatu sunnah (jalan) yang baik, maka baginya pahala sunnah dan pahala orang lain yang mengerjakannya hingga akhir kiamat. Dan barangsiapa mengerjakan sesuatu sunnah yang buruk, maka atasnya dosa membuat sunnah buruk itu dan dosa orang yang mengerjakannya hingga akhir kiamat.” (HR Bukhari dan Muslim).  

Nabi Terakhir 

Rasulullah merupakan nabi terakhir dari ratusan ribu nabi yang pernah Allah utus di muka bumi. Dengan statusnya sebagai nabi pemungkas, maka beliau lebih istimewa dan sudah barang tentu lebih mulia dibanding utusan-utusan yang lain. Salah satu dalil yang menyinggung hal ini adalah firman Allah berikut:

  مَا كَانَ مُحَمَّدٌ اَبَآ اَحَدٍ مِّنْ رِّجَالِكُمْ وَلٰكِنْ رَّسُوْلَ اللّٰهِ وَخَاتَمَ النَّبِيّٖنَۗ وَكَانَ اللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمًا  

Artinya, “Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang di antara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para nabi. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab: 40). (Imam Fakhruddin ar-Razi, Tafsir Al-Kabir, 2015: juz III, halaman 174-176). Wallahu a’lam. 

Sumber : NU Online


Posting Komentar untuk "Alasan Rasulullah Lebih Mulia Dibanding Nabi-Nabi Lainnya"

close
Banner iklan disini