Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Asal Usul dan Sejarah 75 Marga dan Fam Habib di Seluruh Dunia

Galeri Kitab Kuning | Perkembangan Habaib di seluruh dunia, termasuk di Indonesia sangatlah pesat, keluarga yang memiliki garis keturunan sampai ke Rasulullah saw. tersebut mayoritas memiliki strata sosial istimewa dan pejuang-pejuang dakwah datuk mereka.


Asal Usul dan Sejarah 75 Marga dan Fam Habib di Seluruh Dunia



Di Indonesia sendiri, ada banyak Fam dan nama-nama marge keluarga Ahlul Bait, mulai dari al-Haddad, assegaf, alatas dan lain sebagainya.


Sekedar informasi, Yang dimaksud Ahlulbait pada tulisan ini adalah merujuk pada para keturunan Rosululloh SAW baik dari Sayyidina Hasan ataupun dari Sayyidina Husain.

 

Mereka biasanya disebut Habib bentuk jamaknya Habaib, dan memiliki marga atau fam masing-masing, ada yg dipanggil Ayip diambil dari kata Syarif, ada yg dipanggil Yi diambil dari kata Sayyid dll tergantung daerahnya.

 

75 Fam dan Marga Habaib di Seluruh Dunia

Pada tulisan sebelumnya, kami telah bagikan 100 lebih Marga dan Fam Habaib Di Seluruh Dunia, dan 75 diantaranya akan kami jelaskan latar belakang penamaan tersebut.


1. Al-Ustadz al-A'dzam (الأستاذ الأعظم)

Beliau adalah al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Shahib Marbath.


Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dijuluki dengan gelar al-ustadz al-a'dzam karena beliau adalah seorang guru besar dan seorang sufi yang menjalankan thariqah kefakiran (hanya berhajat kepada Allah swt) dan bertasawuf dengan tasawuf yang bersih dan terpelihara dari hal-hal yang haram, berdasarkan al-Qur'an dan as-Sunnah yang disyiarkan dengan ruh Islam dan tauhid.


Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali dikaruniai 5 orang anak lelaki yaitu Alwi al-Ghuyur, Ali, Ahmad, Abdullah dan Abdurahman.

 

Dan yang meneruskan keturunanya hanya 3 orang yaitu: Alwi al-Ghuyur, Ali dan Ahmad. Al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali wafat di Tarim tahun 653 H.


2. Asadullah fi Ardhihi (أسادالله في أرضه)


Beliau adalah waliyullah Muhammad bin Hasan at-Turobi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Dinamakan Asadullah fi Ardhihi dikarenakan Syaikh Muhammad Asadullah sangat tekun membaca al-Qur'an dan memahami maknanya. Beliau selalu bangun untuk beribadat kepada Allah pada waktu akhir sepertiga malam, sehingga beliau merasakan dirinya fana'. Beliau bersemangat untuk membaca al-Qur'an dan memahami maknanya serta merasakan kenikmatan pada dirinya jika sedang membaca al-Qur'an, sehingga beliau merasa sebagai seekor Singa dan berkata dalam keheningan malam dengan perkataan "Ana Asadullah fi Ardhihi "


Dalam kitab al-Masyra' diceritakan bahwa beliau dikarunia 6 orang anak lelaki, dan 3 orang yang meneruskan keturunan beliau, yaitu: Abu Bakar Basyaiban (wafat tahun 800 Hijriyyah), Hasan, menurunkan keluarga: Jamalullail, Bin Sahal, Baharun, al-Junaid, al-Qadri dan as-Siri), wafat tahun 757 Hijriyyah, Ahmad, menurunkan keluarga: asy-Syatri, al-Habsyi dan Syanbal. Waliyullah Muhammad bin Hasan at-Turobi wafat tahun 778 H.


3. Al-A'yun (الأعين)


Yang dijuluki al-A'yun di antaranya ialah waliyullah Alwi bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah (datuk keluarga al-Muqaibil).


Gelar al-A'yun diberikan karena beliau mempunyai warna hitam yang lebar pada biji matanya sehingga terlihat indah.


4. Al-Bar (البار)


Yang pertama kali digelari al-Bar adalah waliyullah Ali bin Ali bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Beliau digelari dengan al-Baar karena sangat taat (berbakti) kepada ibunya dengan sebenar-benarnya taat yang hal tersebut sedikit sekali dilakukan oleh anak terhadap ibunya. Beliau dinamakan dengan nama ayahnya (Ali bin Ali), karena ketika ayahnya wafat, ia masih dalam kandungan ibunya, beliau hanya taat kepada ibunya karena ayahnya telah wafat. Waliyullah Ali bin Ali al-Bar dikarunia tiga orang anak lelaki bernama: Abubakar, Abdullah dan Husin. Waliyullah Ali bin Ali al-Bar dilahirkan dan wafat di kota Dau'an, Hadramaut.


5. Al-Battah (البتاه)


Mereka adalah anak cucu dari keluarga Syaikh Abu Bakar bin Salim dan datuk mereka ialah waliyullah Abu Bakar bin Ahmad bin Abdurahman bin Abi Bakar bin Ahmad bin Abi Bakar bin Abdullah bin Syaikhon bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.


Dinamakan 'Battah' karena beliau dilahirkan di Battah sebuah kota yang terletak di sebelah Barat Sahil, Afrika Timur.


6. Al-Bahar (البحر)


Mereka adalah keturunan dari keluarga al-Jufri. Datuk mereka adalah waliyullah Syaikhan bin Alwi bin Abdullah at-Tarisi bin Alwi al-Khawas bin Abu Bakar al-Jufri. Yang pertama kali digelari 'al-Bahar' adalah Waliyullah Saleh ayah dari Habib Hasan al-Bahar.


Gelar yang disandang menurut asy-Syaikh Abdullah bin Semir dalam kitabnya Giladat an-Nahri yang berisi manakib al-Habib Hasan bin Saleh al-Bahar, menyatakan bahwa yang pertama kali diberi gelar al-Bahar adalah ayahnya, Soleh. Gelar tersebut diberikan karena tampaknya keramat beliau ketika sering berlayar di laut. Di samping itu gelar tersebut diberikan karena ilmu beliau luas seperti luasnya laut.


Waliyullah Hasan bin Soleh al-Bahar dikarunia 5 orang anak lelaki yaitu: Muhammad, Abdullah, Ja'far, Abdul Qadir dan Soleh.


7. Al-Ibrahim (الإبراهيم)


Yang pertama kali dijuluki al-Ibrahim ialah waliyullah Ibrahim bin Abdullah bin Abdullah bin Abdurahman as-Saqqaf.


Sebab dinamakan al-Ibrahim karena nama tersebut dinisbatkan kepada nama kakeknya. Ibrahim merupakan nama Ibrani seperti Ismail, Ishaq, Yusuf dan Ya'qub yang kemudian nama tersebut dimasukkan ke dalam bahasa Arab.


8. Al-Barakat (البركات)


Mereka adalah keturunan waliyullah Syekh bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Disamping itu ada juga keturunan Barakat lain dari Waliyullah Barakat bin Ahmad asy-Syatiri.


Pemberian gelar ini, dikarenakan datuk mereka mengharapkan berkah dan kebaikan dari Allah , maka banyak anak cucu beliau yang menjadi auliya'. Waliyullah Syech bin Ali Barakat wafat di Tarim tahun 813 H.


9. Al-Barum (الباروم)


Barum adalah gelar yang dinisbahkan kepada keturunan waliyullah Hasan bin Muhammad bin Alwi bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Dinamakan dengan 'Barum' karena beliau diberi isyarat untuk pergi ke dusun Barum dan menetap serta menjadi sesepuh di sana disebabkan keberkahan ilmu dan kemuliaan beliau. Dusun Barum berjarak kira-kira 20 km dari kota Mukalla Hadramaut.


Waliyullah Hasan Barum dikarunia empat orang anak laki bernama: Abdurahman, Umar, Ali dan Ahmad. Waliyullah Hasan Barum wafat di kota Tarim tahun 927 H.


10. Al-Bashri (البصرى)


Beliau adalah waliyullah Ismail (Basri) bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Bashri adalah anak kedua dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Anak pertama bernama Alwi, beliau kakek dari keluarga Ba'alawi, dan anak yang ketiga bernama Jadid.


Dinamakan Bashri diambil dari nama kota yaitu Bashrah, yang kemudian beliau hijrah bersama keluarga dan kakeknya al-Imam Ahmad bin Isa al-Muhajir ke negeri Hadramaut. Gelar ini menjadi gelar beberapa keluarga Alawiyin yang datuknya bernama Bashri dan disebut mereka itu dengan al-Bin Bashri. Keturunan Bashri terputus pada awal abad ke-6 H.


11. Al-Babathinah (البباطنة)


Yang pertama kali bergelar 'Babathinah' ialah waliyullah Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Amu al-Faqih. Beliau adalah pendiri masjid Babathinah di Tarim dan mempunyai sebuah perkebunan yang subur dan dinamakan Babathinah.


Waliyullah Abdurahman bin Ahmad Babathinah dikarunia 4 orang anak, yaitu: Ahmad Chadijah, Umar Ahmar al-Uyun, Ali ash-Shonhazi dan Muhammad Maghfun.


12. Al-Bayti (البيتى)


Gelar al-Bayti dinisbatkan ke Baiti Maslamah sebuah desa yang berjarak 10 km. dari kota Tarim. Gelar tersebut disandang oleh: Waliyullah Ali bin Alwi bin Ali bin Abu Bakar al-Fachir.


Beliau dilahirkan di Bait al-Maslamah. Dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Muhammad, yang menurunkan keturunannya. Waliyullah Ali al-Bayti wafat di Bait al-Maslamah pada tahun 915 H.


Waliyullah Abu Bakar bin Ibrahim bin al-Imam Abdurrahman Assegaf dilahirkan di kota Tarim. Dikaruniai 3 orang anak lelaki bernama: Ibrahim, Ahmad dan Ismail. Waliyullah Abu Bakar al-Bayti wafat tahun 905 H di kota Tarim.


13. Al-Biedh (البيض)


Keluarga al-Biedh dinisbatkan kepada datuk mereka waliyullah Ahmad bin Abdurahman bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Beliau dijuluki gelar ini karena beliau seorang yang menekuni puasa hari-hari putih, yaitu puasa pada hari ketiga belas, keempat belas dan kelima belas pada setiap bulan Qamariyah. Puasa tersebut beliau lakukan sebagai ittiba' terhadap Rasulullah saw.


Waliyullah Ahmad bin Abdurhamnan al-Biedh dikarunia dua orang anak laki, bernama: Abdurahman dan Makhrus. Waliyullah Ahmad bin Abdurahman al-Biedh wafat di Syihir pada tahun 945 hijriyah.


14. Al-Babarik (الببارك)


Beliau adalah waliyullah Ahmad Babarik bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Waliyullah Umar Babarik dilahirkan di kota Tarim. Dikarunia 3 orang anak lelaki yaitu: Hasan, Ali dan Umar. Sedangkan yang melanjutkan keturunan beliau adalah Umar di Surat, India. Waliyullah Ahmad Babarik wafat di kota Tarim.


15. At-Turobi (الترابى)


Beliau adalah waliyullah Hasan bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Diberi gelar at-Turobi , dikarenakan beliau seorang yang sangat tawadhu' dan mengumpamakan dirinya dengan tanah. Waliyullah Hasan at-Turobi bin Ali mempunyai seorang anak bernama Muhammad Asadullah.


16. Al-Bajahdab (الباجهداب)


Mereka adalah keturunan waliyullah Ali Jahdab bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Digelari dengan 'Bajahdab', karena beliau tinggal di desa Jahadabah , Yaman. Waliyullah Ali Jahdab bin Abdurahman dikaruniai 2 orang anak laki: Abud dan Muhammad al-Mualim. Muhammad al-Mualim mempunyai anak bernama Alwi. Salah satu keturunannya ada yang menjadi pemimpin keluarga Alawiyin (Naqib al-Alawi) yaitu Waliyullah Ahmad bin Alwi Bajahdab. Beliau wafat di Tarim tahun 973 H.


17. Jadid (جديد)


Yang pertama kali diberi gelar "Jadid” ialah waliyullah Jadid bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Beliau adalah anak ketiga dari Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Dinamakan " Jadid ” karena keluarganya yang dipimpin oleh al-Muhajir Ahmad bin Isa hijrah dari Basrah ke tempat yang baru bernama Hadramaut. Keturunan Jadid terputus pada awal abad keenam Hijriyah.


18. Al-Djufri (الجفرى)


Yang pertama kali dijuluki "al-Djufri " ialah waliyullah Abu Bakar bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Gelar yang disandang karena beliau dipanggil oleh datuk dari ibunya Waliyullah Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah dengan sebutan Djufratiy yang berarti anak kecil kesayangan yang berbadan gemuk dan kekar.


Dan setelah dewasa ia menjadi seorang ahli dalam ilmu 'Jafar', suatu rumus-rumus yang menggunakan huruf dan angka yang ditulis di atas kulit Jafar (anak kambing). Pada suatu hari beliau kehilangan kitabnya yang berisi ilmu Jafar, beliau mencarinya sambil berkata Jafri (maksudnya kitab ilmu Jafarku). Maka mulai sejak itu beliau disebut al-Jufri.


Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai lima orang anak lelaki yaitu: Muhammad, Abdullah, Ahmad, Alwi al-Khawas dan Umar.


Dari kelima anak yang terputus keturunannya adalah Muhammad dan Abdullah, sedangkan dari ketiga anaknya yang lain menurunkan keturunan al-Djufri seperti: al-Kaf, ash-Shafi dan al-Bahar. Waliyullah Abu Bakar bin Muhammad al-Djufri wafat di kota Tarim pada tahun 860 H.


19. Djamalullail (جمال الليل)


Djamalullail adalah gelar untuk waliyullah al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam (keturunan terputus) dan al-Imam Muhammad bin Hasan al-Mua'alim bin Muhammad Asadilah bin Hasan at-Turabi.


Gelar yang disandang karena mereka selalu mengisi malam-malam harinya dengan ibadah, baik shalat tahajud dan shalat-shalat sunnah lainnya serta membaca al-Qur'an, shalawat , doa serta dzikir lainnya yang dilakukan selama hidupnya. Karena itu beliau digelari dengan Djamalullail.


Waliyullah Muhammad Djamalullail dilahirkan di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki: Abdullah bin Muhammad Djamalullail. Dari kedua cucunya Abdullah bin Ahmad dan Muhammad bin Ahmad menurunkan al-Djamalullail yang berada di Hadramaut, Makkah dan India serta sebagian di Aceh dan pulau Jawa.


Ali bin Muhammad Djamalullail, menurunkan keturunan leluhur al-Qadri, al-Asiry, al-Baharun dan al-Junaid. Waliyullah Muhammad Djamalullail wafat di kota Tarim pada tahun 845 H.


20. Bin Jindan (بن جندان)


Mereka adalah dari keluarga asy-Syaikh Abu Bakar bin Salim, yang dinisbatkan kepada keturunan waliyullah Ali bin Muhammad bin Husein bin Syaikh Abi Bakar bin Salim.


Jindan adalah gelar untuk kakek mereka, dan mereka masing-masing menamakan dengan Bin Jindan yaitu anak cucu dari Syaikh Abi Bakar bin Salim. Waliyullah Ali bin Muhammad bin Husien bin Syaikh Abi Bakar wafat di Inat sekitar tahun 1200 H.


21. Al-Jannah (الجنة)


Yang pertama kali dijuluki 'al-Jannah' ialah waliyullah Muhammad bin Hasan bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail.


Gelar yang disandang, dikarenakan beliau seorang terkenal dengan ilmu, kemuliaan, dan ibadahnya. Menurut shohib al-Masyra' dinamakan al-Jannah karena beliau banyak berdoa dan sangat merindukan surga. Dan Allah mengabulkan doa dan kerinduannya tersebut.


22. Al-Djunaid (الجنيد)


Al-Junaid ialah gelar yang dinisbatkan kepada keturunan waliyullah Abu Bakar bin Umar bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamallullail bin Hasan al-mu'alim Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi. Dinamakan Djunaid dengan maksud tabarukkan agar kelak menjadi waliyullah seperti waliyullah yang bernama Djunaid bin Muhammad seorang Sayid ath-Thaifah ash-Shufiyah yang terkenal.


Waliyullah Abu Bakar al-Junaid dilahirkan di kota Tarim tahun 1053 H. Dikaruniai 5 orang anak dan hanya 1 anak yang meneruskan keturunannya yaitu Ali bin Abu Bakar al-Junaid. Keturunannya ada di kota Tarim dan Singapore. Waliyullah Abu Bakar al-Junaid wafat di kota Tarim.


23. Al-Djunaid al-Akhdor (الجنيد الأحضار)


Mereka adalah keturunan waliyullah al-Djunaid al-Achdor bin Ahmad bin Muhammad bin Ahmad Qasam bin Alwi asy-Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Gelar yang disandang karena kakek beliau memberi nama Djunaid dengan maksud tabarukkan agar kelak menjadi waliyullah seperti waliyullah yang bernama Djunaid bin Muhammad seorang Sufiyah yang terkenal.


Waliyullah Djunaid Achdor dilahirkan di Qasam , dikarunia 5 orang anak lelaki, 3 di antaranya meneruskan keturunannya yaitu: Syaich, Ahmad dan Muthahhar. Waliyullah Djunaid Achdor wafat di gasam pada tahun 1032 H.


24. Al-Jailani (الجيلانى)


Mereka adalah keturunan waliyullah Muhammad bin Ahmad bin Alwi aسغ-Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi. Diberi gelar 'Jailani' , sebagai tabarukkan kepada Syaikh Abdul Qadir Jailani. Jailani adalah suatu tempat yang berada di negeri Parsi.


Waliyullah Muhammad bin Ahmad mempunyai anak bernama Syech, Hadar, Ahmad dan Abdurahman (kakek dari keluarga al-Junaid al-Akhdor).


25. Al-Hamid


Mereka keturunan dari waliyullah al-Hamid bin asy-Syaikh Abi Bakar bin Salim. Gelar al-Hamid disandang karena ayahnya menginginkan anaknya menjadi orang yang bersyukur kepada Allah swt. dengan selalu memuji-Nya.


Waliyullah Hamid al-Hamid dilahirkan di kota Inat, beliau dikaruniai 8 orang anak lelaki dan yang meneruskan keturunan hanya 5 orang, yaitu: Muthahhar, keturunannya adalah al-Aqil Muthahhar, Umar, keturunannya adalah as-Salim bin Umar (sebagian besar di Indonesia), Abdullah, Abu Bakar dan Alwi. Waliyullah al-Hamid bin Syaich Abu Bakar wafat di Inat tahun 1030 H.


26. Al-Habsyi (الحبشى)


Mereka adalah keturunan waliyullah Abu Bakar bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar yang disandang dikarenakan beliau sering bepergian ke kota Habasyah di Afrika dan beliau pernah tinggal di sana selama 20 tahun untuk dakwah Islam.


Waliyullah Abi Bakar bin Ali al-Habsyi lahir di kota Tarim, dikarunia seorang anak laki yang bernama Alwi. Alwi mempunyai 5 orang anak lelaki, 2 di antaranya menurunkan keturunannya, yaitu:


1. Ali , keturunannya berada di kota Madinah.


2. Muhammad al-Ashgor, mempunyai 4 orang anak: Umar (keturunannya terputus di Tarim), Ali (keturunannya sedikit di Makkah), Abdurrahman, keturunannya berada di Palembang, Jambi , Siak dan Aceh, Ahmad Shahib Syi'ib, mempunyai 9 orang anak:


  • 1. Al-Hasan, keturunannya disebut al-Habsyi ar-Rausyan.
  • 2. Hadi, mempunyai dua orang anak bernama: Idrus, meneruskan keturunan al-Habsyi as-Syabsyabah (di antara keturunannya adalah waliyullah al-Habib Nuh bin Muhammad bin Ahmad al-Habsyi di Singapura) dan Abdurahman, adalah datuk waliyullah al-Habib Ali al-Habsyi Kwitang (silsilah beliau lihat di Biografi Habib Ali bin Abdurahman al-Habsyi).
  • 3. Alwi, keturunannya disebut al-Ahmad bin Zain adalah datuk waliyullah al-Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi (Ampel Qubbah Surabaya)
  • 4. Husein, mempunyai dua orang anak yaitu: Shodiq (keturunannya di Hadramaut, Surabaya dan Malaka), Muhammad (salah satu keturunannya adalah waliyullah al-Habib Alwi bin Ali bin Muhammad al-Habsyi, Masjid Ar-Riyadh, Solo), Idrus (keturunannya di Yafi' dan India), Hasyim, Syaich (keturunannya di Lihij dan Dasinah), Muhammad dan Umar. Waliyullah Abu Bakar bin Ali bin Ahmad wafat di kota Tarim tahun 857 H.


27. Al-Haddad (الحداد)


Yang pertama kali dijuluki al-Haddad ialah waliyullah Ahmad bin Abi Bakar bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurrahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih.


Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar adalah seorang waliyullah yang menyembunyikan kewaliannya. Beliau digelari dengan al-Haddad karena sering bergaul dengan seorang pandai besi dan sering berada di tempat penempaan besi.


Selain beliau ada pula seseorang yang bernama Ahmad dari golongan Alawiyin yang terkenal dan mempunyai banyak pengikut dan menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (pandai besi). Al-Habib Ahmad bin Abi Bakar menjawab sebutan tersebut dengan memperlihatkan karomahnya, sehingga orang-orang mengetahui bahwa beliau adalah seorang waliyullah yang mempunyai derajat tinggi dan hati mereka tertempa dengan kejadian tersebut. Maka mereka menyebut al-Habib Ahmad bin Abi Bakar dengan al-Haddad (penempa kalbu).


Waliyullah Ahmad al-Haddad dilahirkan di kota Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki yang bernama Alwi. Keturunan yang ke-31 dari Rasulullah saw. ialah waliyullah al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad (Sohib Ratib al-Haddad).


Al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad bersaudara dengan al-Habib Umar bin Alwi al-Haddad. Keduanya tidak pernah datang ke Indonesia. Keturunan al-Habib Abdullah bin Alwi al-Haddad banyak berada di Jawa Timur, sedangkan keturunan al-Habib Umar bin Alwi al-Haddad sebagian besar berada di Pasar Minggu (termasuk al-Habib Alwi bin Thahir al-Haddad).


Waliyullah Ahmad bin Abi Bakar wafat di kota Tarim tahun 870 H.


28. Al-Bahasan/Banahsan ( الباحسن/ بانحسن)


Gelar Bahasan disandang oleh:


  • 1) Keluarga Bahasan (Banahsan) as-Sakran , yaitu: Hasan bin Ali bin Abi Bakar as-Sakran (Kerajaan Siak yang dikenal dengan keluarga Bin Shahab)
  • 2) Keluarga Bahasan Faqis, yaitu: Hasan bin Abdullah bin Abdurahman as-Saqqaf.
  • 3) Keluarga Bahasan ath-Thowil, yaitu: Hasan bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi ('Ammu al-Faqih)
  • 4) Keluarga Bahasan Jamalullail, yaitu: Muhammad bin Abdullah bin Muhammad.


29. Bahusein (باحسين)


Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad bin Husein bin al-Imam Abdurahman Assegaf dan Ali bin Husein bin Ali bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.


Waliyullah Husein bin al-Imam Abdurahman as-Saqqaf dilahirkan di Tarim, dikaruniai 6 orang anak lelaki, dan yang meneruskan keturunannya tiga orang: Abdurahman, menurunkan keturunan leluhur al-Bahsein dan al-Musawa, Ahmad, yang menurunkan keturunan leluhur Ahmad bin Husein al-Karbiy dan Ali Makki, menurunkan keturunan leluhur Muhammad az-Zaitun, al-Bahusein. Waliyullah Husein al-Bahsein wafat di Tarim tahun 896 H.


30. Al-Hiyyed (الحيد)


Mereka adalah keturunan dari waliyullah Abu Bakar bin Hasan bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.


Mereka diberi gelar al-Hiyyed karena datuk mereka bertempat tinggal di suatu tempat yang bernama Hiyyed di lereng gunung di Inat.


Waliyullah Abdullah bin Abu Bakar lahir di Inat, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abu Bakar yang menurunkan keturunan al-Hiyyed di Indonesia. Beliau wafat di kota Inat tahun 1169 H.


31. Al-Khirrid (الخريد)


Mereka adalah keturunan waliyullah Alwi bin Muhammad Hamidan bin Abdurrahman bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Dinamakan al-Khirrid karena beliau sering beribadah di Gua Khirrid di pegunungan Aqrun di Tarim. Ibadah yang dilakukannya antara lain bertafakur dengan akal dan hati serta ibadah jasad seperti yang dilakukan Rasul di gua Hira. Waliyullah Alwi al-Khirrid wafat di Tarim tahun 808 H.


32. Al-Khaneman (الخينما)


Mereka adalah keturunan yang dinisbahkan kepada waliyullah Ahmad bin Umar bin Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar al-Wara' bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Gelar al-Khaneman berasal dari kata Khanam, sebagian penduduk Hadramaut menisbatkan kata tersebut kepada jenis buah kurma yaitu kurma chanam. Akan tetapi tidak diketahui apakah hal tersebut berhubungan dengan gelar di atas.


Waliyullah Ahmad bin Umar Khaneman dikarunia 2 orang anak laki bernama: Umar dan Abdullah. Waliyullah Ahmad bin Umar Khaneman wafat di kota Tarim tahun 893 H.


33. Aal-Khamur (الخمور)


Al-Khamur ialah gelar yang dinisbatkan kepada keturunan waliyullah Saleh bin Hasan bin Husein bin Syaikh Abi Bakar bin Salim.


Gelar tersebut disandang karena datuk mereka bermukim di Khamur, suatu tempat yang terkenal di sebelah Barat Syibam.


34. Maula Khailah (مولى خيلة)


Yang pertama kali diberi gelar Maula ،hailah ialah waliyullah Abdurahman bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.


Gelar tersebut disandang karena beliau bermukim di daerah pegunungan Khailah yang terkenal di sebelah Barat kota Tarim. Khailah berasal dari kata Khala yang berarti memelihara. Untuk selanjutnya kata tersebut diberikan kepada orang-orang yang memelihara ibadahnya.


Waliyullah Abdurahman Maula Khailah wafat di Tarim tahun 914 H.


35. Al-Khuun (الخون)


Yang pertama kali dijuluki al-Khuun ialah waliyullah Alwi bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdullah Ba'alawi.


Beliau diberi gelar al-Khuun, dikarenakan beliau tinggal di desa al-Khuun yang terletak sebelah Timur Hadramaut. Keturunan waliyullah Alwi bin Abdurahman terputus pada abad ke-12 H.


36. Mauladdawilah (مولى الدويلة)


Beliau adalah waliyullah Muhammad Maula al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Diberi gelar Mauladdawilah karena beliau bermukim di dusun Yabhar dekat makam nabi Hud as. di bagian Timur Hadramaut. Waliyullah Muhammad Mauladdawilah bersama para pengikutnya membangun rumah di dusun tersebut.


Maka dusun Yabhar yang awalnya sepi menjadi ramai. Dusun itu disebut ad-Dawilah yang artinya dusun lama. Waliyullah Muhammad digelari Mauladdawilah artinya pemimpin dusun Dawilah. Puteranya yang bernama Abdurahman as-Saqqaf membangun pula sebuah kota di dekatnya yang dinamakan Yabhar.


Desa yang pertama disebut Yabhar lama sedangkan desa yang kedua disebut Yabhar baru. Selanjutnya nama Mauladdawilah dikhususkan untuk anak Muhammad Mauladdawilah selain Syaikh Abdurahman as-Saqqaf yang mempunyai gelar khusus.


Waliyullah Ahmad Mauladdawilah dilahirkan di kota Yabhar. Dikaruniai 4 orang anak lelaki yaitu: Abdurahman as-Saqqaf, Ali, Abdullah dan Alwi. Waliyullah Muhammad Mauladdawilah wafat di Tarim tahun 765 H.


37. Adz-Dzi'bu (الذئب)


Yang pertama kali dijuluki adz-Dzi'bu ialah waliyullah Muhammad bin Salim bin Ahmad bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.


Gelar yang disandang dikarenakan beliau berkelahi dengan seekor srigala yang menyerang sekumpulan kambing mereka dan beliau berhasil menangkap Srigala itu. Karena itulah beliau disebut adz-Dzi'bu.


38. Baraqbah (بارقبة)


Mereka adalah keturunan waliyullah Umar bin Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Mengenai gelar ini tidak didapat keterangan yang jelas, apakah beliau mempunyai pundak yang kuat, yang dalam bahasa Arab disebut Raqbah atau berhubungan dengan suatu tempat yang terdapat sumur dan pohon kurma dekat kota Tarim yang disebut 'Baraqbah'.


Waliyullah Umar Baraqbah dilahirkan di Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abdurahman. Beliau wafat tahun 895 H.


39. Ar-Rukhailah (الرخيلة)


Yang pertama kali dijuluki ar-Rukhailah ialah waliyullah Muhammad bin Umar bin Ali bin Umar bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Gelar yang disandang karena beliau seorang yang tidak memiliki apa-apa, hanya mempunyai seekor anak kambing yang dalam bahasa Arabnya ar-Rakhilah.


Kambing kesayangannya itu dipotong ketika ia menjamu makan tamunya. Tatkala beliau mengetahui bahwa hidangan itu habis tidak tersisa untuk keluarganya, beliau memohon kepada Allah swt. agar kambing itu dihidupkan kembali sebagai rizki untuknya. Allah mengabulkan doanya dengan dihidupkan kembali kambingnya.


Waliyullah Muhammad ar-Rakhilah dikarunia 5 orang anak lelaki yaitu: Hasan, Ali, Husin, Alwi , Salim. Yang meneruskan keturunannya bernama Salim yang biasa dikenal dengan ar-Rukhailah Ba'Umar melalui anaknya yang bernama Umar. Umar mempunyai 2 anak yaitu Muhammad Ba'Umar (keturunannya di Indonesia) dan Ali Ba'Umar (keturunannya di Zailah Afrika). Waliyullah Muhammad ar-Rukhailah wafat di kota Tarim.


40. Az-Zahir (الزاهر)


Mereka adalah keturunan waliyullah az-Zahir bin Husin bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Syahabuddin al-Ashghor bin Abdurahman bin Syahabuddin al-Akbar. Dan gelar az-Zahir dinisbatkan juga kepada keturunan waliyullah Abdullah bin Muhammad al-Masyhur bin Ahmad bin Muhammad bin Syahabuddin al-Ashghor. Kedua keluarga tersebut bertemu pada al-Habib Muhammad bin Ahmad Syahabuddin al-Ashghor.


Gelar yang disandang karena cahaya wajah beliau yang indah berseri, indah dan jernih apalagi ketika beliau sedang berada di majlis memberikan pelajaran/nasehat. Waliyullah Muhammad bin Ahmad az-Zahir lahir di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki, satu di antaranya bernama Abdullah yang menurunkan keturunan az-Zahir yang berada di Indonesia. Waliyullah Muhammad bin Ahmad az-Zahir wafat di Tarim tahun 1203 H.


41. Basakutah (باسكوتة)


Mereka adalah keturunan waliyullah Hasan bin Ahmad Masrafah bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Diberi gelar Hasan Sakutah atau dengan Basakutah, dikarenakan beliau seorang laki-laki yang banyak diam dan sedikit berbicara, dan jika berbicara hanya mengeluarkan kata-kata yang baik saja.


42. As-Saqqaf / Assegaf (السقاف)


Yang pertama kali digelari as-Saqqaf ialah waliyullah al-Muqaddam ats-Tsani al-Imam Abdurahman bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Gelar yang disandang karena beliau sebagai pengayom para wali pada zamannya agar terhindar dari perkara bid'ah. Para ulama ahli hakikat dan para wali yang bijaksana menamakan beliau 'as-Saqqaf', karena beliau menutup hal keadaannya dari penduduk di zamannya. Beliau sangat benci dengan kesohoran.


Ketinggian derajat beliau dari para wali di zamannya bagaikan kedudukan atap bagi rumah. Beliau dilahirkan di kota Tarim, dikarunia 13 anak lelaki, dan 7 orang meneruskan keturunannya yaitu: Abu Bakar as-Sakran, Alwi, Ali, Aqil, Abdullah, Husein dan Ibrahim. Waliyullah Abdurahman as-Saqqaf wafat di Tarim tahun 819 H.


43. As-Sakran (السكران)


Beliau adalah Abu Bakar bin Abdurahman al-saqqaf bin Muhammad Mauladdawilah. Digelari dengan as-Sakran, karena beliau mabuk dengan cintanya kepada Allah swt.


Waliyullah Abu Bakar as-Sakran dikarunia 5 orang anak lelaki, yaitu: Muhammad al-Akbar, Hasan, Abdullah, Ali, dan Ahmad. Dari ketiga anaknya yang bernama Abdullah, Ali dan Ahmad menurunkan keluarga al-Aydrus, Syahabuddin, al-Masyhur, al-Hadi, al-Wahath, al-Munawar. Waliyullah Abu bakar as-Sakran wafat di Tarim tahun 821 H.


44. Bin Sumaith (بن سميط)


Yang pertama kali digelari al-Bin Sumaith ialah waliyullah Muhammad bin Ali bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al- Faqih.


Gelar yang disandang karena di masa kecilnya ia dipakaikan oleh ibunya sebuah kalung dari benang yang biasa dipakai oleh anak kecil dan biasa disebut Sumaith. Ketika sedang berjalan kalung itu jatuh dan sang ibu enggan berbalik untuk mengambilnya.


Ibu dan puteranya berjalan terus dan membiarkan kalung itu tertinggal, sedangkan orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut mengira sang ibu tidak mengetahui kalau kalung anaknya jatuh dan berusaha memberitahu dengan berteriak Sumaith. Maka semenjak itu anak tersebut dijuluki Semith.


Waliyullah Muhammad bin Semith lahir di kota Tarim, dikaruniai seorang anak lelaki bernama Abdullah yang menurunkan keturunannya di Tarim, Syibam, Taribah, Goroh (Hadramaut), Zanzibar dan Indonesia (Kalimantan, Manado, Sumba, Denpasar, Madura, Jakarta, Surabaya, Semarang, Pekalongan). Waliyullah Muhammad bin Semith wafat di Tarim tahun 950 H.


45. Bin Sumaithan (بن سميطا)


Yang pertama kali dijuluki al-Bin Semithan ialah waliyullah Ahmad bin Muhammad bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilah.


Gelar yang disandang, dikarenakan beliau seorang lelaki yang giat, mempunyai tumbuh kecil dan bertempat tinggal di suatu Badiyah Hadromiyah yang penduduknya merupakan orang yang giat bekerja.


46. As-Sirry (السرى)


Mereka adalah keturunan waliyullah Ali bin Umar bin Abdullah bin Harun bin Hasan bin Ali bin Muhammad Jamalullail bin Hasan al-Mualim bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Beliau diberi gelar dengan as-Sirry sebagi tabarruk kepada seorang waliyullah yang termasyhur yaitu asy-Syaikh as-Sirri as-Saqthi.


Waliyullah Ali as-Sirri lahir di kota Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki: Ahmad, Aqil dan Umar. Waliyullah Ali as-Sirri wafat di kota Tarim tahun 1053 H.


47. Bin Sahal (بن سهل)


Mereka bernasab kepada waliyullah Sahal bin Ahmad bin Abdullah bin Muhammad Jamalullail bin Hasan bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi.


Beliau dinamakan Sahal karena bertabarruk kepada as-Sayid Sahal at-Tastari. Waliyullah Sahal bin Ahmad lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 973 H, dikaruniai 3 anak lelaki, 2 di antaranya meneruskan keturunan belia yaitu Alwi dan Ahmad.


48. Asy-Syathiri (الشاطرى)


Mereka adalah keturunan waliyullah Alwi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadilah bin Hasan Atturabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Gelar yang disandang karena beliau selalu membagi dua harta yang dimilikinya kepada saudara kandungnya al-Habib Abu Bakar al-Habsyi. Membagi dua dalam bahasa Arabnya adalah Syathara.


Waliyullah Alwi asy-Syathiri lahir di Tarim dan wafat pada tahun 843 H, dikarunia 5 orang anak lelaki, dan 2 di antaranya yang meneruskan keturunan, yaitu: Muhammad dan Umar.


49. Syabsyabah (شبشبة)


Mereka adalah keturunan waliyullah Idrus bin al-Hadi bin Ahmad Shahib Syi'ib bin Muhammad al-Ashghor bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi.


Syabsyabah adalah nama dari satu jenis pohon kurma yang istimewa dan masyarakat lebih suka kalau kurma itu dalam keadaan mengkal (setengah matang). Al-Habib Idrus bin al-Hadi dinamakan Syabsyabah karena beliau mempunyai pohon kurma tersebut sebagai hasil kerja keras orang tua mereka.


50. Asy-Syilli (الشل)


Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Abu Bakar bin Alwi asy-Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi. Datuk mereka digelari dengan 'Syilli' sebagai فعل الأمر dengan makna 'bawalah atau ambillah'. Tidak didapat keterangan yang jelas mengenai pemberian gelar ini.


Waliyullah Abdullah bin Abi Bakar asy-Syilli dikarunia tiga orang anak laki bernama: Abubakar, Ahmad dan Aqil.


Dari anaknya yang bernama Abu bakar dikarunia cicit yang bernama Muhammad bin Abi bakar bin Ahmad bin Abi Bakar bin Abdullah asy-Syili, penulis kitab al-Masra' ar-Rawi yang berisi biografi tokoh ulama Alawiyin.


51. Basyumailah (باشميلة)


Mereka bernasab kepada waliyullah Abu Bakar bin Abdullah bin Abdurahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah.


Pada zamannya tersebar berita bahwa beliau telah mendapatkan karomah dari Allah swt. Beliau adalah seorang yang hidupnya selalu dalam kesulitan dan hidup sebagai seorang zahid. Dalam perjalanannya menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, beliau ketinggalan kapal yang akan dinaikinya, timbullah rasa sedih dan sesal pada dirinya karena khawatir tidak dapat menunaikan ibadah haji, sedangkan yang ada pada dirinya hanya sehelai selimut (syamilah), lalu waliyullah Abu Bakar menghamparkan syamilahnya di tepi pantai lalu naik ke atasnya, maka meluncurlah selimut itu dengan cepat hingga mendahului kapal yang meninggalkannya. Kejadian tersebut disaksikan oleh banyak orang, maka sejak itu beliau dinamakan dengan Basyumailah.


Waliyullah Abu Bakar Basymilah lahir di kota Tarim, dikarunia 2 orang anak lelaki yaitu Ahmad dan Abdullah. Beliau wafat di kota Tarim tahun 843 H.


52. Syahabuddin (شهاب الدين)


Yang pertama kali dijuluki Syahabuddin ialah waliyullah Ahmad bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin bin Abdurahman bin asy-Syaikh Ali bin Abu Bakar as-Sakran bin Abdurahman Assegaf.


Syahabuddin adalah gelar yang dinisbahkan kepada para ulama yang agung dan terkenal dengan keluasan ilmu mereka dan banyak mempunyai karya tulisan pada zamannya.


Al-Habib Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan cucu beliau al-Habib Ahmad Syahabuddin al-Ashghor adalah dua orang waliyullah yang terkenal dan pantas menggunakan gelar tersebut, maka keduanya diberi gelar Syahabuddin. Hal itu disebabkan keagungan dan keluasan ilmu mereka.


Bagi setiap anak cucu al-Habib Syahabuddin al-Ashghor disebut Bin Syahab kecuali beberapa keluarga mereka yang dikenal dengan gelar lain seperti al-Masyhur dan az-Zahir. Adapun Aal-al-Hadi, mereka adalah anak cucu pamannya yaitu al-Habib Muhammad al-Hadi bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar dan anak cucu saudaranya al-Hadi bin Abdurahman bin Ahmad Syahabuddin al-Akbar. Waliyullah Syahabudin al-Akbar lahir di kota Tarim, dikarunia 3 orang anak lelaki:

  • 1. Muhammad al-Hadi, keturunannya al-Bin Syahab al-Hadi. Cucunya bernama: Ali bin Idrus bin Muhammad al-Hadi yang keturunannya berada di Palembang, Jakarta dan Pekalongan, Syihabuddin bin Idrus bin Muhammad al-Hadi, keturunannya berada di Malaysia dan Singapura, Umar, keturunannya asy-Syahab al-Mahjub (Palembang).
  • 2. Abdurahman al-Qadi bin Syahabudin al-Akbar, dikarunia 4 orang anak lelaki (Abu Bakar, keturunannya di Zhufar, Amman, Palembang, Abdullah, keturunannya di Malabar, Muhammad al-Hadi bin Abdurahman al-Qadhi, keturunannya disebut al-Hadi.
  • 3. Syahabuddin bin Abdurahman al-Qadhi (Ahmad Syahabuddin al-Ashgor), keturunannya ialah aal-Bin Husein, aal-Bin Idrus, aal-Bin Zain. Waliyullah Ahmad Syahabuddin al-Ashgor wafat di Tarim tahun 1036 H danwafat tahun 946 H, keturunannya ialah al-Masyhur dan az-Zahir.


53. Basyaiban (باشيبان)


Mereka bernasab kepada waliyullah Abu Bakar bin Muhammad Asadillah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam.


Syaiban berasal dari kata asy-Syaibu yang artinya beruban. Beliau diberi gelar dengan asy-Syaiban karena berusia lanjut dan mempunyai rambut putih, hal tersebut menambah kebesaran dan kewibawaan beliau.


Waliyullah Abu Bakar Basyaiban lahir di kota Tarim dan wafat di Tarim tahun 807 H, dikarunia 2 orang anak lelaki, satu di antaranya yaitu: Ahmad Basyaiban.


54. Bin Syaikh Abu Bakar bin Salim (ابن الشيخ أبى بكر بن سالم)


Yang pertama kali dijuluki asy-Syaich Abu Bakar Bin Salim ialah waliyullah Abu Bakar bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin al-Imam Abdurahman Assegaf.


Baca Juga : Biografi Habib Umar bin Hafidz, Pengasuh Darul Mushtofa, Hadramaut Yaman


Gelar yang disandang karena beliau seorang guru besar dalam ilmu agama dan seorang pemimpin. Beliau adalah seorang sufi yang bergelar wali quthub. Waliyullah Syaikh Abu Bakar bin Salim lahir di kota Tarim pada tahun 919 H, dikaruniai 13 anak lelaki dan yang menurunkan keturunannya 9 orang anak, bernama: Husin, Hamid, Umar, Hasan, Ahmad, Soleh, Ali, Syaikhon, Abdullah. Dari anak-anaknya tersebut di antaranya menurunkan keluarga al-Hamid, al-Muhdhar, al-Hiyyed, al-Khamur, al-Haddar, Abu Futhaim, dan Bin Jindan. Waliyullah Syaich Abu Bakar bin Salim wafat di kota Inat tahun 992 H.


55. Asy-Syaikhon dan Aal Bin Syaikhon ( الشيخان بن شيخان)


Keluarga asy-Syaikhon dan Bin Syaikhon disandang oleh beberapa waliyullah, di antaranya:


  • 1. Aal-Bin Syaikhon: Syaikhon bin Muhammad bin Syaikhon bin Muhammad bin Syaikhon bin Husein bin Ahmad shohib Syi'ib bin Muhammad bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi.
  • 2. Asy-Syaikhon: Bin Aqil bin Salim (Saudara Syaikh Abu Bakar bin Salim)
  • 3. Asy-Syaikhon: Bin Husein bin Syaikh Abu Bakar bin Salim
  • 4. Asy-Syaichon: Bin Abdullah Abud bin Ali bin Muhammad Mauladdawilah dari keluarga Ba'bud.
  • 5. Asy-Syaichon: Bin Ali bin Hasyim bin Syekh bin Muhammad bin Hasyim (dari keluarga Bahasan).


56. Shahib Al-Hamra' (صاحب الحمراء)


Yang pertama kali dijuluki Shahib al-Hamra ialah waliyullah Umar bin Abdurahman bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau tinggal di Hamra nama kota yang terkenal di Yaman. Keturunan waliyullah Umar bin Abdurahman adalah keluarga Balghaits.


57. Shahib Al-Hauthoh (صاحب الحوطة)


Yang pertama kali dijuluki Shahib al-Hauthoh ialah waliyullah Ali bin Muhammad bin Abdullah bin al-Faqih Ahmad bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau tinggal di Hauthoh daerah yang terletak sebelah Barat kota Tarim, Hadramaut.


58. Shahib Asy-Syi'ib (صاحب الشعب)


Yang pertama kali dujuluki Shahib asy-Syi'ib ialah waliyullah Ahmad bin Muhammad al-Asghor bin Alwi bin Abi Bakar al-Habsyi. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau dimakamkan di Syi'ib. Di tempat itu pula dimakamkan kakeknya al-Imam al-Muhajir Ahmad bin Isa. Daerah tersebut terletak di antara kota Tarim dan Seiwun.


59. Shahib Qasam (صاحب قسم)


Yang pertama kali dijuluki Shahib Qasam ialah waliyullah Ahmad bin Alwi Syaibah bin Abdullah bin Ali bin Abdullah Ba'alawi. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau pindah dari Tarim ke Qasam. 


Qasam merupakan kota yang didirikan oleh al-Imam Ali Khali' Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa. Di kota tersebut beliau menanam pohon kurma untuk mengingatkannya terhadap kota Qasam di Bashrah yang merupakan milik kakeknya al-Muhajir Ahmad bin Isa.


Waliyullah Ahmad Qasam bin Alwi Syaibah dikarunia 5 orang anak laki, bernama: Alwi, Husin, Abu Bakar, Abdurahman, Abdullah dan Muhammad (menurunkan keluarga al-Junaid al-Akhdhor)


60. Shahib Marbath (صاحب مربط)


Yang pertama kali dijuluki Shahib Marbath ialah waliyullah Muhammad bin Ali bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa al-Muhajir. Gelar yang disandang, dikarenakan beliau tinggal di Marbath Zhufar, sebelumnya beliau tinggal di Tarim yang dinamakan dengan Zhufar Lama.


61. Shahib Maryamah (صاحب مريمة)


Yang pertama kali dijuluki Shahib Maryamah ialah waliyullah Ahmad bin Alwi bin Abdurahman Assegaf. Gelar yang disandang , dikarenakan beliau tinggal di Maryamah suatu kota yang terletak dekat Seiwun.


62. Basurroh (باسرة)


Mereka adalah keturunan waliyullah Ahmad al-Mualim bin Hasan bin ath-Thawil bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-Faqih bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih.


Diberi gelar Basuroh karena beliau memiliki sebuah bungkusan (surrah) yang selalu dijaga dan dibawa ke mana saja beliau pergi, sehingga semua orang mengira bungkusan itu berisi barang-barang berharga. Akan tetapi setelah beliau wafat bungkusan tersebut dibuka dan ternyata isinya kitab-kitab agama yang selalu dibaca selama hidupnya.


Waliyullah Abdurahman Basurroh lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 888 H, dikarunia seorang anak lelaki bernama Muhammad.


63. Ash-Shulaibiyah (الصليبية)


Mereka adalah salah satu keluarga dari Aal al-Aydrus. Datuk mereka ialah waliyullah Husein bin Abdullah bin Syaich bin Abdullah al-Aydrus bin Abi Bakar as-Sakran bin Abdurahman Assegaf.


Gelar yang disandang beliau berhubungan dengan jalur ibunya. Asy-Syarifah Aisyah binti Abi Bakar bin Abdullah Basyamilah adalah yang pertama digelari dengan ash-Shulaibiyah.


Selanjutnya gelar tersebut melekat kepada puterinya Alwiyah binti Abdullah bin Alwi Bajahdab dan kepada cucunya Fathimah istri dari al-Habib Husin, maka gelar ash-Shulaibiyah pun melekat kepada al-Habib Husin dan keturunannya.


Ash-Shulaibiyah berasal dari kata ash-Sholaba yang mempunyai arti teguh. Asy-Syarifah Aisyah diberi gelar tersebut karena mempunyai pendirian yang teguh terutama dalam menjalankan ajaran agama Islam.


Waliyullah Ahmad ash-Shalabiyah lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 1028 H, dikaruniai 7 orang anak lelaki yaitu: Abu Bakar dan Abdullah (keturunannya berada di India), Ali, Muhammad, Abdurahman, Husein dan Syaikh (keturunannya sebagian besar berada di Indonesia).


64. Ash-Shafi al-Jufri (الصافى الجفرى)


Mereka adalah keturunan waliyullah Syaikhan bin Alwi bin Abdullah at-Tarisi bin Alwi al-Khowas bin Abu Bakar al-Jufri bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ahmad asy-Syahid bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Gelar ash-Shofi karena pada diri beliau melekat sifat-sifat yang suci (Shafail-Qalbu) dan juga ayahnya memberi nama sesuai dengan nama leluhurnya ash-Shafi.


Waliyullah Syaikhan as-Shafi lahir di kota Makkah dan wafat pada tahun 1089 H, dikaruniai 3 orang anak lelaki yaitu Maqbul, Umar, Abdullah. Dua di antaranya meneruskan keturunan beliau yaitu Umar dan Abdullah.


65. Ash-Shafi As-Saqqaf (الصافى السقاف)


Mereka adalah keturunan waliyullah Umar ash-Shafi bin Abdurahman al-Mualim bin Muhammad bin Ali bin Abdurahman as-Saqqaf. Pemberian gelar ash-Shofi karena beliau mempunyai kejernihan hati dan pikiran, kebersihan perasaan, kelembutan tabiat. Waliyullah Umar ash-Shafi wafat di kota Tarim


66. Aal-Thaha (ال طه)


Mereka adalah keturunan Thaha bin Umar ash-Shafi bin Abdurahman al-Mualim bin Muhammad bin Ali bin Abdurahman as-Saqqaf dan juga keturunan cucunya al-Habib Thaha bin Umar bin Thaha bin Umar ash-Shafi. Thaha adalah salah satu nama Rasulullah saw. Mereka menamakan dengan Thaha karena bertabarruk kepada Rasullah saw.


67. Ath-Thahir (الطاهر)


Mereka adalah keturunan waliyullah Thahir bin Muhammad bin Hasyim bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman bin Muhammad bin Abdurahman bin Ahmad bin Alwi bin Ahmad al-Faqih bin Abdurahman bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Waliyullah Thahir bin Muhammad lahir di kota Tarim dan wafat pada tahun 1163 H, dikaruniai 5 orang anak lelaki dan hanya seorang saja yang meneruskan keturunannya bernama Husein.


68. Al-Adani (العدنى)


Yang pertama kali digelari al-Adani ialah waliyullah al-Quthub Abu Bakar bin Abdullah al-Aydrus bin Abu Bakar as-Sakran. Gelar yang disandang karena beliau meninggalkan tempat kelahirannya, kota Tarim berhijrah ke kota Aden di Yaman Selatan dan sampai akhirnya beliau bermukim di kota Aden tersebut.


Waliyullah al-Quthub Abu Bakar bin Adullah al-Aydrus begitu pertama kali memasuki kota Aden, maka turun hujan susu di kota Aden tersebut.


Waliyullah Abu bakar al-Adani dilahirkan di kota Tarim dan wafat tahun 914 H di kota Aden, dikarunia seorang anak bernama Ahmad. Ahmad dan kedua anaknya Aqil dan Muhammad tidak mempunyai keturunan.


69. Azhamat Khan (عظمت خان)


Mereka adalah keturunan dari Abdul Malik bin Alwi 'Ammu al-Faqih. Di India mereka dikenal dengan gelar Azhamat yang dalam bahasa Urdu adalah suatu gelar yang menunjukkan atas kemuliaan dan kehormatan. Sedangkan Khan artinya keluarga.


Jadi Azhamat Khan adalah keluarga yang mulia dan terhormat. Dari India, sebagian mereka berhijrah ke Siam, Kamboja dan Indonesia. Di antara mereka adalah para ulama yang dikenal dengan Wali Songo.


70. Al-'Aqil (العقيل)


Al-Aqil adalah gelar yang diberikan untuk anak cucu waliyullah:


  • 1. Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman as-Saqqaf, dikarunia 5 orang anak lelaki: Salim, Syaikhon, Muhammad, Zein (keturunannya al-Agil bin Salim di Lisik), Abdurahman yang dikenal dengan al-Atthas bin Aqil bin Salim.
  • 2. Aqil bin Muthohhar bin al-Hamid bin Syaikh Abu Bakar bin Salim.
  • 3. Aqil bin Abdullah bin Umar bin Yahya.


71. Ba'aqil (باعقيل)


Mereka adalah keturunan waliyullah Aqil bin al-Imam Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Mauladdawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam. Waliyullah Aqil bin Abdurrahman Assegaf dilahirkan di kota Tarim dan wafat tahun 871 H, dikarunia seorang anak lelaki yang bernama Abdurrahman.


Abdurrahman bin Aqil dikarunia 3 orang anak lelaki: Hasan, Muhammad al-Mualim Ba'aqil dan 'Umar, menurunkan keturunan al-Ba'aqil (Abdullah & Abdurahman). Hasan dan Muhammad al-Hadi menurunkan keturunan 'al-Ba'aqil Assegaf.


72. Ba'alawi (باعلوى)


Sebagaimana telah diketahui bahwa setiap orang yang bernasab kepada Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali al-Uraidhi bin Ja'far ash-Shadiq sampai kepada akhir nasab yang mulia, maka disebut Ba'alawi. Ada beberapa qabilah yang tidak bergelar dengan gelar tertentu, mareka itu dikenal dengan gelar Ba'alawi seperti Aal-Ba'alawi yang bernasab kepada Abu Bakar al-Wara'.


73. Aal-Ali Lala (علي للا)


Beliau adalah al-Habib Ali Lala bin Ahmad al-Mualim bin Hasan ath-Thawil bin Muhammad bin Abdullah bin Ahmad bin Abdurahman bin Alwi Ammu al-Faqih. Gelar Lala dalam bahasa Urdu artinya hartawan. Jadi Ali Lala adalah Saudagar Ali.


74. Al-Atthas (العطاس)


Mereka adalah keturunan waliyullah Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Abdurrahman Assegaf.


Menurut Habib Ali bin Hasan al-Atthas (shohib al-Masyhad) dalam kitabnya al-Qirthos fi Manaqib al-Habib Umar bin Abdurahman al-Atthas, mengatakan bahwa pemberian gelar al-Atthas dikarenakan keramatnya, yaitu bersin dalam perut ibunya seraya mengucapkan Alhamdulillah, yang mana perkataan tersebut didengar oleh ibunya.


Menurut Habib Ali yang pertama kali bersin dalam perut ibunya yaitu Aqil bin Salim, saudara kandung Syaikh Abu Bakar bin Salim, selanjutnya gelar tersebut dipakai oleh anaknya yang bernama Abdurahman. Sedangkan anaknya yang bernama Muhammad dan Zein memakai gelar al-Aqil bin Salim.


Syaikh Muhammad bin Ahmad Bamasymus al-Amudi berkata: 'Tidak ada al-Idrus kecuali Abdullah dan tidak ada al-Attas kecuali Umar'. Bersin bahasa Arabnya 'athasa dan orang yang bersin disebut al-Aththas.


Waliyullah Abdurahman bin Aqil bin Salim dilahirkan di kota Lisik. Beliau dikarunia 5 orang anak lelaki, tiga di antaranya melanjutkan keturunan beliau, yaitu;


1. Abdullah, keturunannya berada di Yafi' (Hadramaut)


2. Aqil, keturunannya al-Atthas al-Aqil (Khuraidhoh)


3. Umar (Sohib Ratib al-Atthas) keturunannya sebagian besar berada di Indonesia. Beliau dikarunia 9 orang anak lelaki, tetapi yang meneruskan keturunan beliau hanya 4 orang, yaitu: Husein, menurunkan keturunan al-Atthas yang disebut al-Muchsin, al-Hamzah al-Ahmad, ath-Thalib, al-Umar, al-Hasan, al-Ali, al-Abdullah.


Salim, keturunannya berada di Khuraidhoh, Jubail, India, Pekalongan, Penang dan Katiwar. Abdullah, keturunannya berada di Amud, Inaq, Jadfaroh, Luhrum, Jawa dan di Bihan (Syihir). Abdurrahman, keturunannya di Khuraidhoh, Luhrum, Jawa dan India.


Waliyullah Abdurrahman bin Aqil bin Salim wafat di kota Huraidhoh.


75. Al-Aydrus (العيدروس)


Mereka adalah keturunan waliyullah Abdullah bin Abi Bakar as-Sakran bin Abdurrahman Assegaf. Menurut pengarang kitab al-Masra', dinamakan al-Aydrus karena gelar tersebut merupakan gelar pemimpin para wali dan nama yang agung untuk seorang sufi.


Demikianlah Asal Usul dan Sejarah 75 Marga dan Fam Habib di Seluruh Dunia, semoga informasi ini bisa menambah wawasan kita semua.

1 komentar untuk "Asal Usul dan Sejarah 75 Marga dan Fam Habib di Seluruh Dunia"

  1. Terimakasih atas tulisan Sejarah Habaib di Indonesia, semoga keberkahan buat penulis dan pengelolaan Galeri Kitab Kuninga

    BalasHapus

Anda Mendapatkan Manfaat Dari Informasi Galeri Kitab Kuning? Tulis Komentar dengan Sopan, dan Tanpa memberi Link Aktif atau Non Aktif
Jangan Pakai Bahasa Yang Negative
Mohon maaf jika balasan kami telat, dan sesegera mungkin akan kami tanggapi.

Hormat Kami
Admin Galeri Kitab Kuning

close
Banner iklan disini